Daya imajinasi Christopher Paolini yang tertuang dalam bukunya ini, benar-benar telah membuktikan bahwa daya imajinasinya memiliki kehebatan dan kekhasan tersendiri. Terbukti dengan alur cerita Eragon yang sama sekali tidak menunjukkan kebosanan seperti halnya novel lain. Dalam buku ini juga Christopher Paolini menunjukkan kreativitasnya dalam membuat berbagai bahasa kuno dan bahasa makhluk-makhluk sihir ciptaannya sendiri dengan sangat kontras.
Buku ini menceritakan tentang perubahan kehidupan Eragon, yang anak seorang petani miskin, menjadi seorang Penunggang Naga setelah menemukan sebuah telur naga berwarna biru safir di sekitar hutan Spine. Perubahan dalam kehidupannya mulai terlihat ketika Pamannya, Garrow, meninggal dunia karena dibunuh Ra’zac. Merasa dendam atas kematian Pamannya, Eragon dan Saphira, naganya yang telah menetas, Eragon pergi mengarungi dunianya yang semakin berubah dengan hadirnya berbagai makhluk sihir seperti urgal, kurcaci, elf, shade, dan banyak lagi.
Semula, pembaca mungkin akan dibuat bingung dengan bahasa-bahasa aneh yang ada di dalam buku. Tetapi hal itu dapat teratasi dengan adanya kamus bahasa kuno dan bahasa makhluk sihir yang terdapat di bagian paling belakang buku. Memang sedikit merepotkan, tetapi Paolini sebelumnya telah menjelaskan bahwa kamus tersebut diletakkan di bagian paling belakang buku karena Eragon sendiri belum mengerti sejumlah bahasa kuno yang diucapkan oleh makhluk-makhluk yang berinteraksi dengannya.
Kehebatan buku ini tentu saja tak lepas dari kesan yang dibawa oleh covernya yang sederhana namun cukup memiliki gambaran mengenai isi bukunya. Namun sayangnya, kesederhanaan ini tak menimbulkan kesan pemikat yang cukup terlihat dari warna bukunya yang cenderung monoton. Meskipun begitu, cerita yang disajikan buku ini sangat luar biasa bahkan mampu merangsang daya imajinasi pembacanya tanpa henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar